Seleksi pengangkatan PNS untuk
guru honorer merupakan hal yang ditunggu-tunggu untuk para guru yang sudah lama
mengabdikan dirinya sebagai guru honorer. Ini merupakan program seleksi yang
dilakukan oleh pemerintah melalu tes tertulis. Kebiasaan Indonesia sesuatunya
ditentukan dengan tes tertulis, tes pengetahuan umum dan tes tentang keguruan.
Namun,
ada beberapa hal yang ganjil di balik pengumuman hasil tes tersebut. Beberapa
keganjilan diantaranya adalah pengumuman yang diundur-undur tanpa alasan yang
jelas. Bahkan lebih dari 3 kali pengunduran jadwal pengumum
an. Alasan yang
sempat beredar di forum adalah belum disetujuinya hasil oleh Pak Presiden
karena Pak Presiden sedang melakukan perjalanan. Alasan yang tidak tahu benar
atau tidak tapi sejujurnya alasan tersebut adalah hal yang sangat dibuat-buat
padahal kemunduran jadwal pun lebih dari sekali. Namun, memang tidak ada yang
mengusutnya, awalnya karena percaya percaya saja tapi lama-lama karena telalu
lelah dengan jadwal pengunduran tersebut. Dan ternyata pengumuman yang dari
pusat diserahkan oleh daerah, dan menjadi otonomi daerah. Sangat baik jika
daerah memberikan otonomi sesuai dengan kriteria guru yang berhak
mendapatkannya misalkan usianya, waktu pengabdiannya, namun entahlah pada
kenyataanya, masyarakat pun tidak tahu apa indikatornya.
Sampai
akhirnya pengumuman pun tiba, saya mendengar hal-hal yang cukup risi untuk
didengar. Beberapa orag yang murni mengerjakan bahkan bisa saat mengerjakan
dengan usia yang cukup dan waktu mengajar lebih dari 10 tahun, dia tidak lolos
tetapi ada yang tidak bisa mengerjakan usia nya pun relative lebih muda, dia
lolos. Akhirnya saya mendengar realita, sampai ada seseorang yang mengatakan
“sekarang zamannya gila, kalau tidak gila tidak akan mendapatkan haknya”.
Maksud dari kalimat tersebut, sudah menjadi rahasia umum di beberapa daerah dan
di kalangan tersebut ada permainan yang dilakukan, dengan jumlah yang lumayan
besar nama dapat masuk dengan mudah. Mungkin yang dekat dengan kalangan seperti
ini sudah biasa mendengarnya, bahkan sudah menjadi rahasia umum. Ada yang
bercerita kepada saya bahwa seorang pun terang-terangan menyebutkan jumlahnya
jika ingin “dibawa”. Padahal pengumuman tersebut menentukan nasib kehidupan
sebuah profesi yang sangat terhormat namun ternodai dengan permainan-permainan
pemegang keputusan hingga akhirnya orang-orang itu pun terlibat permainan. Lalu
bagaimana nasib dengan yang jujur, ada beberapa kemungkinan namun, ada
kemungkinan mereka terdhalimi, karena yang sesungguhna nama mereka sudah ada
dari pusat lalu tercoret begitu saja karena tidak “membeli”nya dan terganti
dengan orang lain yang sudah terlibat “permainan”. Banyak cerita-cerita yang
saya dengar tentang “permainan” di kalangan terhormat ini, saya tidak men-general-kan,
namun kondisi ini ada di suatu tempat. Nama yang tadinya ada, tiba-tiba hilang
dan tidak ikut mendapatkan haknya ataupun seseorang yang berkasnya bahkan sama
sekali tidak lengkap bisa mendapatkan tunjangan padahal ada pihak lain yang
lengkap dan berkualitas namun tidak mendapat tunjangan. Akhirnya kemungkinan
sang “jujur:” tersebut bisa saja terpengaruh, lalu bagaimana negara kita
nantinya, kalau orang yang benar-benar jujur semakin berkurang.
Info-info
tersebut saya dapatkan dari berbagai
sumber. Saya hanya ingin mengambil hikmah dan pelajarannya. Saat sebelumnya
saya membaca keberhasilan pendidikan di Finlandia dan Jepang lalu dihadirkan
realita yang ada di sekitar, rasanya hati ini teriris-iris.
Semoga
generasi penerus yang akan dating tidak melakukan hal-hal yang tidak jujur
lagi. Lalu apa yang bisa kita lakukan… saya memang belum terjun langsung ke
dunia yang sesungguhnya, saya masih seorang mahasiswa. Semoga nanti saya kuta
mempertahankan prinsip saya.
Pada
dasarnya sejak dini memang harus ditanamkan moral dan agama yang baik.
sumber gambar: dokumentasi pribadi
0 komentar:
Posting Komentar