Seperti sepatu yang kita pakai,
tiap kaki memiliki ukurannya memaksakan tapal kecil untuk telapak besar besar
akan menyakiti, memaksakan kasut besar untuk tapak mungil akan merepotkan.
Kaki-kai yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi.
(Salim A Fillah,Dalam Dekapan Ukhuwah)
Awalnya kita bahas dahulu
tentang hati. Sudah sangat disadari bahwa yang menentukan kesehatan jiwa
sesorang adalah hatinya. Tak bisa dipungkiri bahwa kebaikkan hati akan
berdampak pada kebaikkan dalam dirinya. Semua tentang hati, jika hati ini
bersih maka baik pula tubuh ini. Semua tentang hati, pemimpin yang baik pasti
urusan hatinya juga baik. Keadaan hati sesorang bisa kita lihat dari akhlak
mereka. Mengapa mesti tentang hati, ya karena hati adalah pusat dari diri
seseorang. Sebelum menjadi pemimpin
selesaikan dulu masalah hati, karena jika masih bermasalah dengan hati, mau
jadi apa yang kita pimpin. Sebelum melangkah dalam titian ini, lihatlah ke
dalam ke hati nurani kita apakah sudah baikkah hati kita, sebelum akhirnya kita
mempengaruhi orang untuk baik.
Kita sadari bahwa kita
masing-masing berbeda, kita punya ukuran kita masing-masing, ukuran yang bahkan
tak sama. Kita memiliki kemampuan yang berbeda-beda, passion yang berbeda pula. Kita tidak bisa memasangkan sepatu kita
kepada orang lain begitu pula memasangkan sepatu orang lain pada kaki kita,
namun, sepatu kita kitalah yang memakai dan sepatu orang lain biarlah dia yang
memakai tapi kita berjalan bersama bergandengan bersama menuju kebermanfaatan.
Itulah perumpaan dengan keahlian yang kita miliki, kita bisa berkolaborasi
membuat karya, tak hanya sekedar karya tapi karya yang mampu membangun negeri
ini, karya yang minimal harus bermanfaat untuk orang sekitar kita. Sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Kenapa butuh orang lain?
Kenapa kita tidak mengasilkan karya kita sendiri?
Lilin tak bisa menerangi jika
dia tidak diisi oleh sumbu, lilin tidak bisa menyala jika tidak ada korek api
yang menyulutkan api, lilin pun tidak akan terlihat terang jika tidak ada
kegelapan.
Hal-hal yang kecil pun
memerlukan kerjasama dengan fungsinya masing-masing. Karena dengan kolaborasi
kita bisa memberikan karya yang besar, bahkan memberikan manfaat yang besar
daripada kita melaksanakannya sendiri. Dengan menggabungkan kekuatan kita
bahkan bisa melawan begitu besar badai yang melanda perjalanan menuju
kebermanfaatan.
Kolaborasikan karya untuk
negri, sebuah tema yang diangkat pada Forum Indonesia Muda 14. Dan memang itu
benar utuk membangun sebuah negri yang besar ini tidak cukup hanya sepasang
sepatu berjalan namun, harus dengan ribuan sepatu yang berbeda. Butuh
kolaborasi kemampuan untuk membuat sebuah gebrakan agar bisa membangun negri
ini. Sudah cukuplah kita memasang ego di tameng diri masing-masing karena itu
tak akan menyelesaikan masalah, sudah cukuplah menonjolkan diri masing-masing
karena itu perlu dipertanyakan kesehatan hati kita. Marilah sekarang kita
sadari bahwa kita harus berkolaborasi, harus bekerjasama membangun negeri ini
dengan kemampuan yang kita punya, bukan sibuk untuk memikirkan kemampuan orang
lain. Marilah kita perbaiki hati dan niat
kita. FIM 14 : kolaborasi karya untuk negri.
Karena beda antara kau dan aku
sering terjadi sengketa
Karena kehormatan diri sering
kita tinggikan di atas kebenaran
Karena satu kesalahanmu padaku
seolah menghapus sejuta kebaikan yang lalu
Wasiat Sang Nabi itu rasanya
berat sekali “jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”
(Salim A Fillah, Dalam Dekapan
Ukhuwah)
Saptiana Mardhiyah
Teknik Geodesi UGM 2010
FIM 14
FIM 14 C