Rabu, 15 Juni 2011

muslimah engineer

Dimulai dari sebuah kata yang tau mau kemana arahnya, tak ada ide cerita pun yang muncul di benakku kini, yang terpikirkan hanya beban-beban yang menggelayut di hati. Tapi tetap kucoba untuk menulis cerita yang sudah seharusnya deadline ini. Duduk nyaman ditemani lagu rege yang mungkin bisa membuatku semangat lagi meski aku gak suka banget sama lagu-lagu bergenre seperti ini. Malam ini terasa begitu tenang, entahlah mungkin karena terlalu sering aku mendengar keramaian yang tak jelas, hingga dalam sedikit keheningan aku merasa semuanya terlalu senyap. Belum begitu lam aku duduk di depan laptop yang setia menemaniku, telponku berbunyi mengingatkan aku untuk segera menyelesaikan tesisku. Inilah akibatnya suka menunda- nunda pekerjaan.
“oh, hampir lupa bikin pembukuan keuangan”

“ aaaahhh, pusing ni kepala tugas, karangan, bisnis, huuh” keluhan yang keluar dari mulutku ini tidak membuat aku lebih tenang justru membuat semua menjadi lebih berat.
Kulihat catatan di tembok, “Kerja keras dan berdoa untuk menggapai cita-cita”, terlalu sering aku membacanya. Kubaca lagi banyak target yang kutempel yang harus kupenuhi tahun ini. “Tapi bener-bener berguna tu catetan, saat mau males-malesan liat tu catetan jadi bikin harus action lagi, bikin inget juga tujuan hidupku, biar lebih teratur.”
Masih terus kucoba untuk menyelasaikan satu bagian cerita ini, tapi tetep aja rasanya hambar kalau dibaca. “asem banget ni bacaan, semoga aja ada penerbit yang mau nerbitin, karya asem ini.”
Entah udah berapa lama aku duduk menekan tuts-tuts keyboardku, hasilnya tetep aja asem. Jam di sebelahku detiknya sudah semakin jelas itu menandakan kalau hari sudah malam. Kubuka lagi agendaku, masih banyak yang harus aku selesaikan, rasanya pingin gak tidur aja, tapi badan ini udah terasa pegel-pegel, mata juga udah perih. Lebih baik memang istirahat dulu daripada aku memaksakan diri merangkai cerita yang asem, takutnya ntar malah jadi pahit.
“cape dech, nulis daritadi Cuma dapet gak ada separuhnya bagian ini, duh kenapa si ni aku.”  Dalam pikiranku masih saja berkecamuk hal yang gak jelas, tapinya gak mau ilang-ilang ni pikiran gak penting. Kututup tulisanku untuk malam ini. Aku berjalan ke kamar mandi untuk menunaikan kewajibanku yang udah jadi kebutuhan yaitu sholat, karena dengan sholat hati dan pikiranku jadi tenang lagi. Setelah sholat ko rasanya perutku laper banget, liat makanan di meja makan gak ada apa-apa, mau ke dapur gak enak sama ibu kos, ya udah tahan-tahanin lapernya.
Segera ngrapiin buku yang berantakan di kasur, kurebahkan tubuhku di tempat tidur yang sangat berguna dalam mendukung karirku. Perutku tiba-tiba tersa perih, aku baru inget kalau tadi aku makan sembarangan di pinggir jalan dah gitu ditambah telat makan. Ini belum seberapa dibandingkan zaman Rosulullah dulu, yang harus menahan lapar demi dakwah untuk menyampaikan kebenaran dari Allah. Tetes airmata ini pun sudah tidak tertahankan lagi untuk menetes. Jadi inget kata-kata kakak angkatanku yang bilan kalau aku terlalu cengeng, dikit- dikit nangis apalgi untuk hal-hal yang sangat sensitif. Udah ah aku harus tidur. „ Alhamdulillah Ya Allah Kau masih memberiku nikmat yang luar biasa.“





Kujalani aktivitas sehari-hariku, sampai aku pun lupa kalau aku masih punya tanggungan untuk menyelesaikan sebuah karya, hatiku mersa berontak, ingin sekali menyelesaikan karya ini. Kucoba lagi duduk manis di depan laptop, untuk meneruskan apa yang sempat tertunda, dan ternyata sudah terlalu lama, sehingga aku sendiri lupa mau dibawa kemana cerita novelku ini. „huh’’ sedikit mengeluh, tapi gak boleh.

Pagi ini dimulai dengan semangat pagi,, kelelahan yang kurasakan sebagai hiasan di dalam jiwaku. Kunaiki motor yang bisa aku beli lewat tabungan dari menulis ini. Jalan setapak yang masih sepi kulalui dengan senandung pengharapan mengaharap ridho Allah dan kobaran semangat mengingat bunda dan ayah juga keluargaku yang tak lelah berdoa dan berusaha demi masa depanku.
Kuliah pagi “assalamu’alaikum,, ukhti, terlihat sangat bersemangat?“ aku dikagetkan dengan sebuah suara yang tak asing lagi di telingaku, seorang sahabat yang setia menemaniku selama ini,, “ wa’alaikumussalam, ukhti, bukankah harus ya semangat itu? Apalgi untuk menggapai cita-cita?“ “ iya tentu saja cinta., bersemangatlah dengan didasari iman, setiap langkahmu adalah citamu, setiap katamu ialah indahmu, senyummu ialah kekuatanmu,,, temani jalan hidupmu dengan cinta yang hakiki,“
Ya begitu tenang rasanya jika bertemu dengannya, seorang yang membuatku salut, ingin rasanya berdiam diri disini, mendengarkan suara indah tutur kata yang menentramkan hati, tapi aku harus kuliah. “ saudariku yang aku sayangi karena Allah, kau membuatku ingin selalu di dekatmu, tapi aku mempunyai kewajiban yang harus kupenuhi, langkah untuk menuju tujuanku“ “ Ya gak apa2 ukhti manis, selamat kuliah ya...“
Kutinggalkan saudariku itu, dan tiba-tiba rasanya aku ingin menulis sesuatu tentangnya, akan kutulis di agendaku. Pagi yang indah, dengan semangat yang membara aku dipertemukan dengannya, sahabat yang tak sekedar sahabat tapi juga seorang saudari yang sangat menginspirasiku. Nanti aku akan menceritakannya. Ayo kuliaaaaah..... gak boleh ngantuk pokoknya, bismillah, harus diawali dengan niat yang baik dan ikhlas.

1 komentar:

Sang Pembelajar mengatakan...

ini adalah sebuah cerpen yang masih bagian satu dan insya Allah akan ada bagian selanjutnya yang menceritakan tentang muslimah engineer