Selasa, 19 Maret 2013

KEMAH KERJA 2013 BAYAT, KLATEN (part 1)


PERSIAPAN 
                Posting yang sangat telat, tapi tak apa-apa lebih baik daripada tidak sama sekali. Tulisan kali ini saya ingin menceritakan betapa asyiknya dunia mahasiswa teknik geodesi. Kali ini tentang kemah kerja, banyak yang merasa aneh dengan kata “kemah kerja” tersebut. Pernah ada seorang teman saya yang menanyakan kabar saya, saya menjawab bahwa saya sedang “kemah kerja” eh dia kira saya sedang kemah dalam arti sebenarnya. Sebenarnya itu hanya sebuah nama saja, kemah kerja ini hampir sama dengan kuliah lapangan, disebut kemah karena kami bermalam bersama-sama di penginapan, bukan di tenda.

                Dan kemah kerja ini sangat berkesan bagi kami. Berawal dari setelah selesai ujian akhir, jadi kami ada ujian kemah kerja juga di hari akhir ujian. Dan setelah ujian KK langsung saja kami mendapatkan pembekalan. Pembekalan ini tepatnya mengulang materi-materi yang penah kami dapatkan sebelumnya, karena kemah kerja merupakan pengaplikasian dari mata kuliah yang pernah kami dapatkan dari semester 1 sampai 4, ada ilmu ukur tanah 1 dan 2, survei digital, survei GNSS. Selama satu pekan kami mendapatkan materi dari teori sampai praktikum. Oh ya, KK ini berkelompok dan yang buat saya sedih ni, di detik-detik terakhir cuma saya yang belum dapet kelompok, kata dosen si tu namanya orang buangan (padahal awalnya udah jauh-jauh waktu saya pesen sekelompok dengan seseorang tapi karena daya tarik saya yang kurang saya ditinggal ): ) sedih? Tidak kok, Allah tau yang terbaik untuk hamba-Nya, di detik-detik terakhir pengumpulan nama kelompok saya akhirnya dapat meski kesannya sebagai pelengkap. (tapi ini memang yang terbaik). Rasanya sangat bosan kuliah dari jam 8 sampai jam 3 sore, di kelas yang sama jadi seperti anak sekolahan. Banyak yang harus kami persiapkan sebelum berangkat kemah kerja, seperti : peralatan-peralatan pribadi, peralatan pengukuran, materi-materi yang diharuskan sudah melekat ke otak kami. Yang pasti kami harus membayar sejumlah uang untuk transportasi dan akomodasi sebesar 900.000 rupiah. Menurut saya itu jumlah yang besar dan kali ini saya meminta sama ibu, sedih si harus merepotkan dan saya gak tau ibu dapat darimana secara ibu kan gak kerja (semoga Allah menggantinya buat ibu).

                Ini nih ada pengalaman berkesan yang akan selalu saya ingat dan sampai yang membuat nilai KK saya tertahan. Lagi-lagi Allah tau yang terbaik untuk saya, dari yang dapat kelompok akhir-akhir sampai harus memperbaiki kerusakan. Jadi salah kelompok kami juga saat pertama mengecek alat sebelum dipakai kurang teliti sampai akhirnya saat alat kami dipakai ada yang rusak padahal sama sekali kami tidak merasa merusakkannya tapi mau bagaimana lagi saat tersadarnya ada bagian alat yang rusak itu ada di tangan kami, jujur ya kepala saya pusing banget tambah-tambah pas lapor ke dosen kami harus menanggung perbaikannya, nah kata bapaknya kalau gak garansi sampai 7 juta rupiah, kami harus menanggung itu, satu orang 1.500.000, astaghfirullah darimana saya dapat uang sebanyak itu, misal jual sepeda saja paling laku berapa ribu dan saya bertekad saya gak mau minta lagi sama ibu, kasihan beliau niatnya kan gak mau minta lagi dari rumah masa gara-gara siapa yang salah siapa yang nanggung. Allah begitu sayang pada saya. Ini sebuah pembelajaran, karena kejadian ini saya menjadi lebih teliti dan berhati-hati. Karena kejadiannya sebelum KK jadi untuk sementara waktu kami disuruh untuk melupakannya sejenak tapi jujur saya tidak bisa tetap memutar otak.
                Banyak yang harus kami persiapkan untuk keberangkatan kami ke Bayat. Ada perlengkapan kelompok, angkatan dan pribadi juga. Bawaan saya banyak banget ada 1 koper, 1 tas gendong, 1 tas netbook dan 2 payung. Dan saat mau berangkat saya dianter sama 2 motor dan 3 orang teman asrama ada mba umi, ulfa sama mus,. Heboh banget ya padahal yang lainnya Cuma 1 motor. Kami pun berangkat menaiki bis kota.

Tunggu kelanjutan part 2 ya, hari-hari di Bayat

Sekelumit cerita di pagi hari



Kita sedang diingatkan,, saat bertubi-tubi bencana melanda negri ini, saat tangisan sering terdengar menyayat hati, saat seseorang harus kehilangan anggota keluarga, melihat sosok yang telah terbujur kaku, apakah kita tidak sadar bahwa Allah sedang mengingatkan kita, mengingatkan bahwa sesungguhnya kita hanyalah makhluk kecil yang lemah. Tinggal di sebuah kota yang sering ada gempa, dan sekarang gunung merapi sedang bergejolak. Teringat sebuah kota kecil dimana aku dilahirkan, disana selama aku lahir sampai terakhir aku meninggalkannya aku merasa tenang meski kadang terasa ada sedikit getaran namun, itu jauh. Sekarang, pagi ini aku menyaksikan betapa kebesaran Allah, abu yang asalnya jauh di gunung merapi, dampaknya sampai di daerah kosanki, pagi tadi sekitar jam 3 aku merasa bahwa ada sesuatu, diluar sudah penuh dengan abu, bau yang menyengat pun tercium, bau belerang,, hal yang aneh dan jarang tapi inilah peringatan Allah, betapa mudah Dia menjadikan sesuatu. Tak terbayangkan mereka yang benar-benar berada di lereng merapi, merasakan hawa panas yangbersal dari awan panas, orang yang meninggal terpanggang panas, tak terasa aku sedekat itu dengan bencana, namun, apa yang bisa kulakukan, hanya berdoa, bermuhasabah dan memberi yang bisa, aku tak bisa kesana, aku ingin membantu terjun kesana, namun, apa daya yang bisa kulakukan hanya menulis di kosan. Dan disaat bencana ini melanda saudara-saudaraku, aku masih sibuk dengan belajar, memikirkan ujian dan nilai, egoiskah aku?
Aku mencoba memegang serpihan abu yang menempel di sepedaku, begitu halus, namun jika tertumpuk banyak itu akan memberikan dampak, melihat semua yang ada diluar penuh bertumpuk abu,, bagaimana untuk membersihkan ini semua, aku berharap Allah akan memberikan hujan, untuk membersihkan semua, Karena, kami hanya nmanusia lemah yang tak bisa membersihkan semua abu ini. Padahal aku mau nyuci,, he… aku pun belum keluar jauh, hanya melihat di luar kos, dan yang paling laku saat ini adalah masker,, aku sendiri gak punya. Semoga ini memberikan berkah dan manfaat bagi kita semua.
 
                                                                                                Yogyakarta, 30 Oktober 2010
                                                                                                                        07.40 wib