Kamis, 23 Januari 2014

Perjalanan itu pun dimulai

Setelah berkutat dengn segala hal, akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke Jepang untuk menghadiri sebuah konferensi internasional yang bernama International Student Conference on Advance Science and technology yang diadakan di Universitas Kumamoto, Kumamoto, Jepang. Ini adalah pengalaman pertama saya ke luar negri, tak hanya itu n juga akan menjadi pengalaman pertama saya naik pesawat. Jika kita berdoa dengan sungguh-sungguh dan tulus maka Allah akan mengabulkan doa kita entah kapan waktunya. Sudah lma sekali saya ingin naik pesawat dan ingn ke luar negri, dan akhirnya waktunya pun tiba.
                Rencana perjalanan dan berbagai keperluan saya susun. Mulai dari meminjam jaket tebal, karena keadaan disana sedang winter. Mempersiapkan poster yang akan presentasikan, membeli makanan-makanan ringan, mie instan, bubur instan, biscuit, teh, beras, dan beberapa yang bisa dibawa. Saya membawa beras karena saya akan menginap d Islamic center berharap disana ada magic com.
                Karena keterbatasan dana, maka transportasi yang saya rencanakan untuk sampai ke bandara Kansai adalah
1.       Dari jogja saya berangkat tanggal 7 Desember, padahal pesawat tanggal 9 Desember, karena kami mengejar tiket kereta ekonomi.
2.       Dari Bandara Soekarno Hatta, kami naik pesawat ar asia yang Alhamdulillah saya mendapat tiket promo, lumayan dar yang seharusnya PP 6 jutaan bisa dapet PP 4 jutaan,
Namun, ada beberapa yang memang baru kami rencanakan karena kam belum sempat beli tiketnya yaitu tiket menuju ke kumamoto.
        Hari pertama tanggal 7 desember, mash teringat dalam ingatan, har itu begitu semrawut. Tket kereta jam 15.30 tap jam 13.30 saya baru pulang agenda pekanan, sebenarnya sudah siap semua Cuma ternyata ada yang lupa yaitu beli cemilan, tadinya agenda pekanan rencanya maksmal selesa jam 12, tap d luar prediksi.
        Jam 14.30 sudah di sms sama teman dan sama seorang ibu yang mau menitipkan barang-barang untuk anaknya yang ada di Jepang, harus mengurus diri sendiri, sms teman dan menanggapi pertanyaan-pertanyaan bu tersebut. Sampai lupa makan, da akhirnya teman berbaik hati membelikan nasi telur di burjo sebelah dan itu pun belum sempat dimakan tapi saya bawa aja.
        Jam 15.00 saya diantar teman saya memaka motor saya dan ternyata Cuma ada satu helm, ada s satu teman kontrakan saya di rumah tapi helmnya gak bisa dipinjam, mungkin dia punya urusan lebih penting disbanding saya. Wah mau nangis rasanya, kalau minjem d kosan teman akan memakan waktu lama lagi dan Alhamdulillah hari itu hujan, kami un memakai mantel karena saya yang mbonceng, saya gak pake helm ke lempuyangan.
        Sampai d lempuyangan sudah ada beberapa teman-teman angkatang 2010 tekni geodesi, sampai uss member kami coklat. Dan yang bikin saya kaget barang yang akan dititipkan untuk kam banyak dan sangat berat, padahal saya udah bawa 1 tas koper dan satu tas biasa ditambah 2 kardus yang beratnya 20 kg, naik kereta ekonomi ditambah kereta udah mau berangkat. Lucu kalau dingat-ngat. Udah naik kereta, aku dan dessy, sampai kereta jalan lani belum muncul dan dia muncul sesaat saat kereta jalan. Keringat sudah bercucuran, karena membawa bawaan yang banyak, oh ya dtambah satu poster ukuran A0, orang-orang dlam kereta sampai liatin saya, hanya liatin saja, karena saya terlihat kuat dan mampu untuk membawa semua tu padahal rasanya mau pingsan.

        Sejenak kami dapat tenang di kereta progo, tujuan selanjutnya adalah stasiun Jatinegara             . Dan kami pun melanjutkan menginap di Rawamangun.

Mencari Dana Konferensi

Satu tantangan besar bagi para mahasiswa yang diterima aplikasinya untuk mengikuti konferensi adalah dana. Untuk ke luar negri itu tidak sedikit dana yang dibutuhkan. Beberapa pengalaman saya dan teman-teman lain yang mencari dana untuk mengikuti konferensi. Melanjutkan kisah saya sebelumnya yang dapat kesempatan untuk mengikuti konferensi internasional di kumamoto, jepang. Pada saat itu pengumumannya adalah kira-kira 37 hari menjelang keberangkatan. Seketika segera yang terlintas di pikiran saya adalah bagaimana saya dan teman-teman bisa mencari dan untuk membantu kami mengikuti konferensi tersebut.
                Langsung saat itu terpikirkan teman-teman saya yang pernah ke luar negri, saya bertanya dan akhirnya saya mendapat contoh proposal dari kakak angkatan saya beda jurusan tapi masih satu fakultas. Karena saat itu rencana awal yang akan berangkat berlima, maka kami membentuk tim untuk mencari dana. Kami memperbaiki proposal dan melist perusahaan-perusahaan yang akan kami kirimi proposal kami. Dan ternyata semua itu tidak semudah seperti apa yang kami rencanakan. Proposal kami tertahan di dekanat, banyak yang membuat proposal kami tertahan, misalnya bapak yang seharusnya menanda tangani pergi keluar kota maka kami harus menunggu beberapa hari, beberapa hari naik lagi ternyata proposal kami mendapat revisi. Rencannya kami akan mengajukan ke universitas dan itu harus melalui fakultas, dari beberapa kali revisi ternyata pihak fakultas tidak bisa membantu dana untuk kami dan kami pun tidak mendapat dari universitas. Dan proposal untuk sponsor pun tidak ditanda tangani.
                Malam itu saya sungguh pusing, merasa berjuang sendiri-sendiri, saya menyadari bahwa tim kami belum kompak. Tidak ada koordinasi yang berjalan, semuanya berjalan dengan santai. Tanpa banyak piker lagi karena waktu yang sudah sangat mepet, saya akhirnya nekad mengajukan proposal tersebut ke alumni geodesi. Dan memang perjalannannya tidka mudah, saya harus kena kritik pedas, tegur, karena proposal yang kurang baik, tim yang kurang kompak. Karena saat itu saya yang menjadi barisan depan maka saya yang kena, namun sejujurnya apapun perkembangan yang terjadi saya share dengan teman-teman. Ini menjadi salah satu konsekuansi yang harus saya terima. Namun, Allah memberikan titik terang, dana sedikit demi sedikit akhirnya masuk ke rekening. Alhamdulillah kami mendapatkan bantuan, kami menyebutnya donator karena mereka tidak mengharapkan balasan apapun.
Hikmah :
1.       Ada beberapa yang saya renungkan, untuk tembus ke konferensi di luar negeri yang jenisnya presentasi tanpa ada output kompetesi atau jurnal termasuk mudah. Tantangan selanjutnya adalah jika kita tidak punya biaya, kita akan mencari dana untuk memenuhi kebutuhan untuk bisa mendatanginya.
2.       Jika memang sampai H-7, dengan logika dan perhitungan tidak bisa mencapai dana yang dibutuhkan, lebih baik jangan terlalu memaksakan diri. Apalagi mengambil jalan untuk berhutang, hal tersebut sangat tidak disarankan
3.       Menurut pengalaman teman-teman saya, ada beberapa instansi yang bisa membantu dana bahkan dalam jumlah yang besar, seperti Dikti dan Kemenpora.
4.       Untuk mencari donator, harus diperhatikan dalam penyusunan proposal, karena proposal adalah jalan kita untuk menyampaikan maksud kita.
5.       Kalau memang ingin sekali berangkat, jangan pernah lelah atau menyerah dan berusahalah lebih keras dari orang lain.
Dana yang kita terima merupakan amanah, meski donatur tidak mengharapkan apapun namu, hal tersebut merupakan amanah kita di hadapan Allah.



Maaf dengan sangat karena laptop penulis berganti dan filenya belum sempat di back up maka file-file tentang sponshorship hilang. jika ingin bertanya lebih lanjut bisa hubungi lewat facebook: Saptiana Mardhiyah atau twitter: @Tia_saptiana. Terima kasih

Menginap di Rawamangun

Pesawat kami terbang ke Jepang tanggal 9 desember namun, kam ke Jakarta tanggal 7 desember sampai tanggal 8 desember dini hari, karena hal tersebut saya mencoba mencari kenalan untuk singgah. Saat itu saya sms beberapa teman di Jakarta samapi ada yang di pos di salah satu grup FIM, dan akhirnya mendapat solusi untuk mengnap d rawamangun, tempat Pak Elmir dan Bunda Tatty. Subhanallah kekuatan persaudaraan dan doa. Meski saya tidak begitu aktif di forum-forum FIM terutama media social bahkan  saya tdak terkenal namun, beliau tetap mau menampung kami, bahkan menjemput saya dan teman-teman ke jatinegara padahal udah jam 12 malam. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepda keluarga beliau dan semoga kehidupan beliau barokah. Bunda pun sempat kaget melhat barang bawaan kami apalagi kami bertga perempuan semua.
                Sesampai di Rawamangun, beliau langsung berstirahat namun, kami dipersilakan makan, subhanallah makanannya enak, dan kami pun beristirahat di kamar yang sudah disediakan. Seharian tanggal 8 desember kami hanya di rumah saja, mencari beberapa informasi yang disarankan oleh Pak elmir dan Bunda Tatty, serta menata ulang bawaan kami. Dan kami sempat mengobrol dengan opa dan ternyata opa memiliki asal yang sama dengan saya yaitu Banjarnegara, subhanallah. Ngobrol dengan Mba Jetsi juga, dan mendapat banyak informasi baru.
Rencana awal kami akan naik taksi ke Soekarno Hatta.Malamnya bunda menawarkan untuk mengantarkan kami besok paginya, saya bersikeras untuk naik taksi, saya tidak ingin merepotkan lagi namun, akhirnya saya menuruti bunda. Pagi nya tanggal 9 desember setelah sholat subuh, pak elmir mengantarkan kami ke Soekarno Hatta. Di sepanjang perjalanan kami diberi banyak saran yang sungguh berguna untuk kami. Saran yang masih saya ingat adalah agar kami tetap kompak, kerjasama, jangan malu bertanya dan untuk kuat berjuang di negeri orang.

                Terima kasih Pak Elmir, Bunda Tatty, dan keluarga, Mba Jetsi, Mba Maghleb, Opa, dan semuanya.